Pagi
yang cerah, dihiasi dengan matahari yang terbit di ufuk Timur telah memancarkan
sinarnya. Kala itu 9 orang Etoser Samarinda sedang menempuh perjalanan yang
panjang untuk holiday ke kota
Tenggarong. Orang bilang nama lainnya Kota Raja, kota yang banyak meninggalkan
sejarah-sejarah kerajaan pada masa dahulu.
Dalam
perjalanan liburan kali ini ada beberapa tempat yang akan kami kunjungi. Rumah
sahabat, museum dan planetarium. Setengah perjalanan sudah kami lewati dengan
pelan sambil menikmati sejuknya udara, karena masih banyak terdapat pohon-pohon
rindang di kiri-kanan jalan yang kami lalui. Tak lama kemudian sampailah kami
di tepi Sungai Mahakam. Kami harus menyebrangi Sungai Mahakam dengan kapal
feri. Saya dan teman-teman dapat istirahat sejenak menikmati keindahan alam dan
pemandangan kota Tenggarong dari atas kapal
Tak
terasa kami sudah sampai di seberang sungai Mahakam, tepatnya kota Tenggarong,
penyeberangan perahu tidak begitu lama. Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke
rumah sahabat kami, Rafii, dia adalah ketua dari angkatan kami, Etoser
Samarinda angkatan 2012. Perjalanan menuju rumah Rafii masih jauh. Rombongan akhwat
sudah kelihatan lelah dan capek.
Kami
sangat kompak dalam perjalanan ini. Kala ada yang lambat kami tungguin dan kami
jemput, untuk menjaga keamanan kami membuat dua strategi. 2 ikhwan berada di
depan rombongan dan 2 ihkwan di belakang rombongan. Di depan menjadi penunjuk
arah dan di belakang menjadi pengaman jangan sampai ada anggota rombongan yang
ketinggalan. Menjaga ekor rombongan itu adalah tugas saya dan abang Ajijul.
Perjalanan
menuju rumah Rafii kami harus menyeberang sungai Mahakam lagi, singkat cerita
dengan perjalanan yang melelahkan akhirnya kami sampe juga di rumah Rafii.
teman-teman dapat istirahat sambil ngobrol-gobrol dengan ibu dan bapak Rafii.
Makanan
dan cemilan sudah siap dihidangkan. Sambil makan teman-teman bercanda diselingi
tawa. Karna salah satu dari sahabat kami mengawali pembicaraan dengan topik
nikah dan jodoh. Kita sebut namanya dengan inisial Aldi. Saat itu semua mata
tertuju ke Aldi. Teman-teman ketawa. “Ternyata
sahabat kita yang satu ini sudah pengen nikah," kata Ajijul tak bias menahan
tawa. Salah satu dari akhwat nya juga
berkata "Kayaknya enak tinggal di sini". Aldi langsung melirik dan
berkata, "Cie…cie.. ada yang mau tinggal disini".
Setiap
ada celah dan kata-kata Aldi selalu memberikan kode dengan wajah senyum, yang
intinya slalu mengarah ke perjodohan. Akhirnya Rafii menjadi berbincangan kami.
Karena Aldi selalu memberikan kode tentang hal itu. Semua teman-teman melirik Aldi
dengan wajah penuh senyum beribu makna. "Hari ini Aldi sangat aneh
pikirannya nikah dan jodoh mulu," ucap Arinidi sela obrolan.
Satu
jam telah kami lewati dengan gembira penuh canda dan tawa. Masih ada 2 tempat
lagi yang akan kami kunjungi. Masih membutuhkan waktu yang lama untuk sampai
kesana. Setelah ramah tamah kami berpamitan
dengan tuan rumah untuk melanjutkan perjalanan menuju museum dan planetarium di
kota Tenggarong.
Di
Museum Sejarah
Memasuki
Museum kami awali dengan makan durian di tempat parkir yang dilihat banyak
orang. Teman-teman rebutan. Ini bagian dari kebersamaan kami. Tetapi tetap kami
menjaga etika interaksi antara akhwat dan ikhwan agar kami tidak salah dalam
tindakan, baik kata yang kami ucapkan maupun hal yang lainnya.
Usai
buah durian kami sikat bersama, kami mulai
berjalan menuju gerbang museum yang dikerumuni antrian banyak orang. Untuk masuk ke musemum pengunjung harus
mengambil karcis dengan antri dan tertib. Semua itu langsung Ketua angkatan kami,
Rafii, yang menggurusi. Kami hanya tinggal masuk.
Dalam
museum kami berpencar melihat-lihat peninggalan sejarah lama mulai dari awal
raja pertama yang memerintah Kerajaan Kutai Kartanegara, sampai raja terakhir kami
lihat semua. Tapi hanya nama dan fotonya saja. Banyak peninggalan dan kenangan
sejarah di sana. Tapi kami hanya melihat-lihat dan membaca tulisan yang tertera
di sana. Tapi itu semua tidak detail tentang penjelasan yang gampang kita
pahami. Tidak ada pemandu museum yang kami dapati. Seharusnya ada yang menjadi
pemandu museum agar semua orang bias tahu dan paham isi museum tersebut. Sayang
kalau hanya sekedar melihat-lihat saja.
Di Planetarium
, Pengalaman Pertama
Memasuki
Planetarium kami harus menunggu cukup lama. Akhwat mulai kelihatan lelah dan tak
dipungkiri kami semua sudah lapar. Tapi kami harus menunggu. Karena sudah
terlanjur sampai di sana. Jam menjelang pukul 3 siang lewat sedikit. Jadwal penayangan
berikutnya di Planetarium sekitar jam 4 sore. Jadi kami harus menunggu. Dalam
penantian itu teman-teman banyak melakukan aktifitas lain. Diantaranya Aldi dan
Rafii khusyuk tilawah Al Quran. Akhwat ada yang menunggu sambil tidur. Ada yang
jalan-jalan berkeliling area sekitar.
Tak
terasa sudah lama menunggu tiba panggilan kami untuk masuk ke dalam ruangan.
Ruangan itu berbentuk bundar dan lonjong. Pemandu Planetarium berkata ”Silahkan
rebahkan kursi Anda dengan posisi tidur karena posisi layar ada di atas kepala
Anda”. Lampu sudah mulai dimatikan dan gambaran luar angkasa pun mulai ditampilkan
dengan suara yang kencang.
Hati
saya berdebar kuat sekali melihat penampakan permukaan luar angkasa yang begitu
luar biasa. Saya meresakan seolah-olah saya ada di dalam sana. Pemandu
planetarium mulai menjelaskan satu per satu planet yang ada dan itu rasanya
sangat dekat dan tersasa nyata. Satu per satu dijelaskan sampai pada akhir
penutupan planet. Hal itu sangat menambah wawasan saya tentang luar angkasa.
Pemandu Planetarium kemudian memutar sebuah film kartun yang berkisah tentang
persatuan, kebersamaan dalam persahabatan. Sangat memotifasi saya kita
menyaksikan seolah-olah kita ada di dalamnya,. Banyak pelajaran yang sudah
dijelaskan dalam film yang singkat itu. Yang menjadi pemerannya adalah ikan.
Bahwa hidup bersama harus saling membantu dan kerja tim sangat diperlukan dalam
berbagai urusan yang melibatkan banyak pihak.
Sekian
catatan perjalanan saya bersama teman-teman Etoser Samarinda dalam rihlah awal
tahun 2015.
Donal Adadi. Mahasiswa
Jurusan Ilmu Sosiatri Fisipol Unmul. Angkatan 2012.