Home » , , , , , , , , , , » Pembinaan Angkatan 2012: Rihlah ke Tenggarong (Edisi Rihlah Season 1 Etam 2012)

Pembinaan Angkatan 2012: Rihlah ke Tenggarong (Edisi Rihlah Season 1 Etam 2012)

Written By Unknown on Jumat, 09 Januari 2015 | 21.54


Seluruh sendiku rasanya tak mampu lagi menggendong 55 kg berat badanku ini. Mata yang ingin berselimut kelopaknya karena sudah lelah menunjukkan jalan dalam perjalananku kali ini. Hmm... tak mungkin, ya tak mungkin ku biarkan mata ku terlelap sebelum aku sampai di ranjang tidurku. Kurang beberapa kilo lagi pasti bisa! Hati menyemangatiku ketika tangan ini masih mampu menahan laju gas motor merah tanpa gigi. Dengan membonceng Rafi, anak ke 4 dari 9 bersaudara keluarga Etos Samarinda 2012.

Tin tin tin...” Motor Mio putih mendahului dari sisi kananku, “Jangan laju laju yang belakang ketinggalan jauh, sergah pengendaranya. “Lho ya kah... hehehe ok,” jawabku seperti tanpa dosa pada Fauziah. Anak ke 5 dari 9 bersaudara keluarga Etos Samarinda angkatan 2012 itulah dia Fauziah. Dia yang saat ke Tenggarong itu dengan motor yang tanpa rem katanya.

Ternyata tak hanya mata, sendi tapi juga perut ku yang sudah minta makan malam. Dan tak disangka akhwatnya minta ke warung terdekat untuk makan bersama. Kantongku yang banyak ruang kosong samping kanan kiri dan belakang tak bisa menjawab tawaran akhwat, ya maklum masih tanggal tuanya Etos. Masih tanggal 1 Januari. Belum tanggal 10 Januari. Akhirnya ketahuan ikhwan lagi kena kangker (kantong kering). Dan akhwatpun yang hari ni menjadi malaikat penolong perutku dan perut teman-teman yang lain. Hehe. Warung Jogja Jl. Pperjuangan 1 terpilih jadi tempat istirahat kami dan makan malam bersama. Ditemani segelas es teh sambil saling cerita agenda kami seharian itu, rihlah angkatan 2012 Etoser Samarinda.

Sambil menunggu makan malam yang masih dibuatkan pak leknya. Memori demi memori terputar ulang dari masing masing kepala kami. Teringat ketika kami harus berangkat pagi, jam 6 sudah harus di asrama Marwa, asrama 2 Puteri Etoser Samarinda di Jl. Pramuka 17, sesuai apa yang sudah kami sepakati dalam syuro persiapan sebelumnya. Dan akhirnya pagi itu aku terbangun sebelum Subuh. Eee.. ternyata ada yang masih tidur, “Jul jul jul... bangun yuk mandi dulu hari ini kita berangkat ke Tenggarong, yok cepet bangun, aku membangunkan Ajijul, teman sekamarku. Hoaamm.. apa seh Mas,” sahut Ajijul yang masih setengah sadar dengan logat khas Pontianaknya. Ajijul anak ke 2 dari 9 bersaudara dari keluarga Etos Samarinda Angkatan 2012. Bergegas ku langsung mandi, berangkat sholat Subuh di mesjid dan kembali mengikuti pembinaan pagi di asrama kami. Asrama 2 Etoser Putera Samarinda.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -    -

Assalamu’alaikum.... ku ucapkan salam di Asrama Marwa. Tepat pukul 6.30 wita. Lewat setengah jam dari jadwal yang disepakati. Target on time negarawan muda gagal. Hiks.. Tak heran kalau akhwatnya ngedumel karena ikhwannya telat. Tapi di balik ngedumelnya mereka tersimpan kebaikan yang tak bisa tersembunyikan. Buktinya, mereka masih menyiapkan sarapan untuk kami semua sebelum berangkat. Alhamdulillah. Setelah sarapan, kami pun berangkat menuju tenggarong tepat pukul 6.45 wita.

Setelah berkilo-kilo meter kami dalam perjalanan kami melewati jalan darat. Ternyata kami harus menyeberangi sungai Mahakam. hohoho. Sungai yang besar di Kalimanntan. Penyeberangan menggunakan perahu. Layanan jasa penyeberangan murah yang disediakan oleh warga. Per motor dikenakan biaya Rp 3000 . (Alhamdulillah ada uang pembinaan yang membantu kantong kami). Ini adalah tarif termurah. Makin ke ujung jauh, tarif penyeberangan semakin murah. Jadi bisa ditebak, kami berada di daerah penyeberangan yang terletak di ujung. Hehe.

Tak lama di atas perahu penyebarangan, akhirnya kami kembali sampai di darat. Hmm... belum sampai tujuan ternyata masih jauh lagi. Sekitar 20 km lagi jalan yang harus di tempuh untuk ke rumah Rafii di desa Sebulu. Dan akhirnya pukul 9.15 wira kami sampai di rumah Rafii. Senyum ramah menyambut kedatangan kami dari bapak dan ibu Rafii. “Mari masuk, hati-hati kepalanya ya tersangkut,” candaan dari bapak Rafi mengantarkan kami ke dalam rumahnya.
Makan bersama jamuan dari keluarga Rafii menyambut kedatangan kami. Hohoho. Jamuan makan ini nampaknya memang sudah diharapkan teman teman. Karena sudah pada kelaparan. Dengan lahapnya kami santap jamuannya. Sehabis makan kami mengobrol ngobrol bersama dengan keluarga Rafii.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -    -

“Eeebagusan pas kita bertamu ke rumah omnya Rafii yang pernah jadi guru di Kampung Inggris Pare itu loh, salah satu ahkwat mengkudeta ceritaku. Sambil makan ayam kremes yang sudah diantarkan pakleknya, kami mendengarkan penuturan kisah seru darinya. Ya \, memang seru juga ketika itu kami berkunjung ke rumah paman Rafii yang dimaksud itu. Bermula dari  foto yang bertuliskan BEC di dinding ruang tamu rumahnya. “Lho bapak pernak ke BEC ya??” tanyaku penasaran. Dan akhirnya beliau cerita masa lalunya yang pernah jadi pengajar di BEC Pare Kediri selama 5 tahun. Beliau saat ini mencoba mengajar bahasa Inggris di tempat tinggalnya ini. Tapi sayang sekali beliau di sini kurang dapat di terima konsep pengajarannya. Padahal konsep yang dipakai itu yang sudah banyak mencetak alumni hebat dari kampong Inggris loh. Pikirku bagus sekali jika Etos Samarinda ada program belajar bahasa Inggris dengan pengajar alumni dari BEC langsung. Hehehe *senyum*

Suap demi suap perutku terisi dengan makan malam gratis (ditraktir) di Warung Jogja ini. Ya maklum sangking kecapeannya. Sampai sampai saat sesi kunjungan di Musium Planetarium Tenggarong sore harinya, ada di antara kami yang tertidur. Hehehe.. mungkin capek menunggu tiket sampei jam 4 sore. Tiket masuk Planetarium Tenggarong harganya Rp 7.500 per orang. Isi Planetarium Tenggarong menurut saya bagus sekali. Informasi dari pemandunya bahwa musium Planetarium Tenggarong itu adalah yang ke 3 se-Indonesia. Menonton suguhan film 3 dimensi tanpa pakai kaca mata di Planetarium Tenggarong adalah pengalaman unik tersendiri bagi saya. Pertama, memberikan gambaran luar angkasa mulai dari planet-planet dan matahari. Lau film yang ke 2 menceritakan kehidupan di bawah laut. Saya acungi jempol tuk Planetarium Tenggarong deh. *Tepuk tangan*

“Tapi gak kalah seru lho kunjungan kita yang di Planet Mulawarman,” kataku pada teman teman. Sambil cuci tangan karena makanannya sudah habis. “Itu Musium Mulawarman. Bukan planet,” protes temanku. “Oia, itu maksud saya,” sambungku. Di musium Mulawarman terdapat banyak peninggalan kerajaan dari masa lampau, Kerajaan Kutai Kartanegara, kerajaan tertua di Indonesia. Tiket masuk cukup murah per orang dikenakan biaya Rp 4.000 . Bermodal tiket tersebut kita sudah bisa melihat peninggalan-peninggalan Kerajaan Kutai Kartanegara. Banyak peninggalan di dalamnya. Ada baju-baju masa dahulu, ranjang tidur, tempat duduk, senjata-senjata dan banyak lagi peninggalan di musium tersebut.

Berbagi cerita rihlah seharian itu sungguh seru. Sangking serunya berbagi cerita kami tak sadar makanan kami sudah habis. Segelas es teh yang menemani sedari awal sudah kosong tinggal esnya saja. Kami pun memutuskan menyelesaikan obrolan pada malam itu. Dan tak sabar kami ingin beristiharat dan melepas lelah. Kami pun pulang bersama dan next time berharap bisa menjalani petualangan yang lebih seru lagi bersama-sama.


by Achmad Rifaldi Hidayatullah. Etoser Samarinda Angkatan 2012. Mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Unmul.
Share this article :
 
Support : Dhompet Dhuafa | ETOS SAMARINDA | Hickmat Creative
Copyright © 2014. ETOS SAMARINDA - All Rights Reserved
Site Created by Hickmat Published by ETOSER SAMARINDA
Proudly powered by Blogger