Latest Post

Pembinaan Angkatan 2012: Rihlah ke Tenggarong (Edisi Rihlah Season 1 Etam 2012)

Written By Unknown on Jumat, 09 Januari 2015 | 21.54


Seluruh sendiku rasanya tak mampu lagi menggendong 55 kg berat badanku ini. Mata yang ingin berselimut kelopaknya karena sudah lelah menunjukkan jalan dalam perjalananku kali ini. Hmm... tak mungkin, ya tak mungkin ku biarkan mata ku terlelap sebelum aku sampai di ranjang tidurku. Kurang beberapa kilo lagi pasti bisa! Hati menyemangatiku ketika tangan ini masih mampu menahan laju gas motor merah tanpa gigi. Dengan membonceng Rafi, anak ke 4 dari 9 bersaudara keluarga Etos Samarinda 2012.

Tin tin tin...” Motor Mio putih mendahului dari sisi kananku, “Jangan laju laju yang belakang ketinggalan jauh, sergah pengendaranya. “Lho ya kah... hehehe ok,” jawabku seperti tanpa dosa pada Fauziah. Anak ke 5 dari 9 bersaudara keluarga Etos Samarinda angkatan 2012 itulah dia Fauziah. Dia yang saat ke Tenggarong itu dengan motor yang tanpa rem katanya.

Ternyata tak hanya mata, sendi tapi juga perut ku yang sudah minta makan malam. Dan tak disangka akhwatnya minta ke warung terdekat untuk makan bersama. Kantongku yang banyak ruang kosong samping kanan kiri dan belakang tak bisa menjawab tawaran akhwat, ya maklum masih tanggal tuanya Etos. Masih tanggal 1 Januari. Belum tanggal 10 Januari. Akhirnya ketahuan ikhwan lagi kena kangker (kantong kering). Dan akhwatpun yang hari ni menjadi malaikat penolong perutku dan perut teman-teman yang lain. Hehe. Warung Jogja Jl. Pperjuangan 1 terpilih jadi tempat istirahat kami dan makan malam bersama. Ditemani segelas es teh sambil saling cerita agenda kami seharian itu, rihlah angkatan 2012 Etoser Samarinda.

Sambil menunggu makan malam yang masih dibuatkan pak leknya. Memori demi memori terputar ulang dari masing masing kepala kami. Teringat ketika kami harus berangkat pagi, jam 6 sudah harus di asrama Marwa, asrama 2 Puteri Etoser Samarinda di Jl. Pramuka 17, sesuai apa yang sudah kami sepakati dalam syuro persiapan sebelumnya. Dan akhirnya pagi itu aku terbangun sebelum Subuh. Eee.. ternyata ada yang masih tidur, “Jul jul jul... bangun yuk mandi dulu hari ini kita berangkat ke Tenggarong, yok cepet bangun, aku membangunkan Ajijul, teman sekamarku. Hoaamm.. apa seh Mas,” sahut Ajijul yang masih setengah sadar dengan logat khas Pontianaknya. Ajijul anak ke 2 dari 9 bersaudara dari keluarga Etos Samarinda Angkatan 2012. Bergegas ku langsung mandi, berangkat sholat Subuh di mesjid dan kembali mengikuti pembinaan pagi di asrama kami. Asrama 2 Etoser Putera Samarinda.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -    -

Assalamu’alaikum.... ku ucapkan salam di Asrama Marwa. Tepat pukul 6.30 wita. Lewat setengah jam dari jadwal yang disepakati. Target on time negarawan muda gagal. Hiks.. Tak heran kalau akhwatnya ngedumel karena ikhwannya telat. Tapi di balik ngedumelnya mereka tersimpan kebaikan yang tak bisa tersembunyikan. Buktinya, mereka masih menyiapkan sarapan untuk kami semua sebelum berangkat. Alhamdulillah. Setelah sarapan, kami pun berangkat menuju tenggarong tepat pukul 6.45 wita.

Setelah berkilo-kilo meter kami dalam perjalanan kami melewati jalan darat. Ternyata kami harus menyeberangi sungai Mahakam. hohoho. Sungai yang besar di Kalimanntan. Penyeberangan menggunakan perahu. Layanan jasa penyeberangan murah yang disediakan oleh warga. Per motor dikenakan biaya Rp 3000 . (Alhamdulillah ada uang pembinaan yang membantu kantong kami). Ini adalah tarif termurah. Makin ke ujung jauh, tarif penyeberangan semakin murah. Jadi bisa ditebak, kami berada di daerah penyeberangan yang terletak di ujung. Hehe.

Tak lama di atas perahu penyebarangan, akhirnya kami kembali sampai di darat. Hmm... belum sampai tujuan ternyata masih jauh lagi. Sekitar 20 km lagi jalan yang harus di tempuh untuk ke rumah Rafii di desa Sebulu. Dan akhirnya pukul 9.15 wira kami sampai di rumah Rafii. Senyum ramah menyambut kedatangan kami dari bapak dan ibu Rafii. “Mari masuk, hati-hati kepalanya ya tersangkut,” candaan dari bapak Rafi mengantarkan kami ke dalam rumahnya.
Makan bersama jamuan dari keluarga Rafii menyambut kedatangan kami. Hohoho. Jamuan makan ini nampaknya memang sudah diharapkan teman teman. Karena sudah pada kelaparan. Dengan lahapnya kami santap jamuannya. Sehabis makan kami mengobrol ngobrol bersama dengan keluarga Rafii.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -    -

“Eeebagusan pas kita bertamu ke rumah omnya Rafii yang pernah jadi guru di Kampung Inggris Pare itu loh, salah satu ahkwat mengkudeta ceritaku. Sambil makan ayam kremes yang sudah diantarkan pakleknya, kami mendengarkan penuturan kisah seru darinya. Ya \, memang seru juga ketika itu kami berkunjung ke rumah paman Rafii yang dimaksud itu. Bermula dari  foto yang bertuliskan BEC di dinding ruang tamu rumahnya. “Lho bapak pernak ke BEC ya??” tanyaku penasaran. Dan akhirnya beliau cerita masa lalunya yang pernah jadi pengajar di BEC Pare Kediri selama 5 tahun. Beliau saat ini mencoba mengajar bahasa Inggris di tempat tinggalnya ini. Tapi sayang sekali beliau di sini kurang dapat di terima konsep pengajarannya. Padahal konsep yang dipakai itu yang sudah banyak mencetak alumni hebat dari kampong Inggris loh. Pikirku bagus sekali jika Etos Samarinda ada program belajar bahasa Inggris dengan pengajar alumni dari BEC langsung. Hehehe *senyum*

Suap demi suap perutku terisi dengan makan malam gratis (ditraktir) di Warung Jogja ini. Ya maklum sangking kecapeannya. Sampai sampai saat sesi kunjungan di Musium Planetarium Tenggarong sore harinya, ada di antara kami yang tertidur. Hehehe.. mungkin capek menunggu tiket sampei jam 4 sore. Tiket masuk Planetarium Tenggarong harganya Rp 7.500 per orang. Isi Planetarium Tenggarong menurut saya bagus sekali. Informasi dari pemandunya bahwa musium Planetarium Tenggarong itu adalah yang ke 3 se-Indonesia. Menonton suguhan film 3 dimensi tanpa pakai kaca mata di Planetarium Tenggarong adalah pengalaman unik tersendiri bagi saya. Pertama, memberikan gambaran luar angkasa mulai dari planet-planet dan matahari. Lau film yang ke 2 menceritakan kehidupan di bawah laut. Saya acungi jempol tuk Planetarium Tenggarong deh. *Tepuk tangan*

“Tapi gak kalah seru lho kunjungan kita yang di Planet Mulawarman,” kataku pada teman teman. Sambil cuci tangan karena makanannya sudah habis. “Itu Musium Mulawarman. Bukan planet,” protes temanku. “Oia, itu maksud saya,” sambungku. Di musium Mulawarman terdapat banyak peninggalan kerajaan dari masa lampau, Kerajaan Kutai Kartanegara, kerajaan tertua di Indonesia. Tiket masuk cukup murah per orang dikenakan biaya Rp 4.000 . Bermodal tiket tersebut kita sudah bisa melihat peninggalan-peninggalan Kerajaan Kutai Kartanegara. Banyak peninggalan di dalamnya. Ada baju-baju masa dahulu, ranjang tidur, tempat duduk, senjata-senjata dan banyak lagi peninggalan di musium tersebut.

Berbagi cerita rihlah seharian itu sungguh seru. Sangking serunya berbagi cerita kami tak sadar makanan kami sudah habis. Segelas es teh yang menemani sedari awal sudah kosong tinggal esnya saja. Kami pun memutuskan menyelesaikan obrolan pada malam itu. Dan tak sabar kami ingin beristiharat dan melepas lelah. Kami pun pulang bersama dan next time berharap bisa menjalani petualangan yang lebih seru lagi bersama-sama.


by Achmad Rifaldi Hidayatullah. Etoser Samarinda Angkatan 2012. Mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Unmul.

Sebongkah Senyum Etam di Kota Raja Tenggarong (Edisi Rihlah Season 1 Etam 2012)


AllahhuakbarAllahuakbar...” Suara adzan Subuh berkumandang dari Mesjid Besar Al Muhajirin. “Jul…Subuh Jul,” panggil seseorang di sampingku. “Iyaaa…” jawabku berat dengan suara lirih karena masih ngantuk. Ayo bangun kita harus mandi segera, setelah sholat kita langsung berangkat,” panggilnya lagi sambil menggerakan tubuh ku. Aku langsung teringat dengan rencana yang telah kami buat pagi kemarin. Langsung tanpa berfikir panjang aku bangun dan langsung mandi dan bersiap-siap sholat shubuh berjamaah di mesjid yang berjarak kira-kira 200 m dari asrama tempat tinggal kami.

Matahari sudah tampakan sinarnya yang cerah pada pagi itu dengan penampilan yang elegan berbaju kaos coklat ditimpa jaket hitam serta bercelana jins sudah cukup menampakan bahwa aku siap untuk menuju ke suatu tempat yang jarang aku kunjungi.

“Udah siap semuanya belum?” sapa Rafii dengan penampilan khasnya yang sudah siap juga. “Jam...jam ku mana...!! teriak donal yang merupakan teman sekamarnya. “Sudahlah nanti baru cari jam entar kita kesiangan dimarahin akhwatnya,” pangkas Rafii. Akhwat yang dimaksud itu teman-teman mahasiswi seangkatan yang akan ikut dengan kami. Yang sebagian memang agak rewel sih. Mungkin sudah fitrahnya ya. (Ups…). “Ayo berangkat sudah,” tambah Aldi teman sekamar ku.

Setelah sampai di asrama akhwat kami pun disuguhi segelas kacang hijau untuk sarapan sebelum berangkat. “Alhamdullillahmeskipun kadang rewel tapi paham saja keinginan pagi-pagi begini,” gumamku dalam hati. Setelah sarapan kami pun berangkat dengan menggunakan motor.
Kurang lebih satu jam berlalu tepatnya pukul 08 :11 wita saat itu kami sudah sampai ke kota tujuan kami yaitu Tenggarog atau yang sering di sebut Kota Raja karena merupakan daerah berdirinya kerajaan tertua di Indonesia yaitu Kerajaan Kutai Kartanegara atau jika yang minat sepak bola pasti kenal dengan tim sepak bolanya, Mitra Kukar.

Perjalanan yang ditempuh terasa cukup panjang karena romobongan lumayan kencang mengendarai motornya sampai-sampai membuat ku ngantuk. Hehe. Alias pelaan sekali...Faktor akhwatnya yang tak biasa laju-laju bawa motor. Tapi ya sudahlah yang penting selamat sampai tujauan.

Setelah sampai ke kota Raja tersebut entah angin apa dan dari mana yang datang sehingga merubah perasaan ku yang tadi masih kacau dan ngantuk sekarang seakan hilang seketika. Apalagi ketika menaiki perahu yang menyeberangkan kami. Huussh... kencang banget anginnya membuat ku lupa dengan segenap masalah yang ada.

Setelah perahu merapat, perjalanan kami tidak berhenti sampai di situ. Masih rute yang harus kami tempuh sesuai dengan rencana kami untuk mengunjungi salah satu rumah sahabat kami yang lumayan jauh dari kota Raja ini.

Selanjutnya kami menuju ke Desa Sebulu dengan jarak tempuh yang kurang lebih sama. Namun jalannya yang berbeda. Maklum jalan desa kan beda dengan jalan kota. Tapi itulah tantanganya. Kami juga masih dipertemukan dengan penyeberangan yang mengasyikan. Meskipun bayar ongkos nyeberangnya yang nggk asik hehe.

Setelah sampai di rumah sahabat kami itu, kami disambut hangat oleh kedua orang tua Rafii. Yang paling berkesan ya tau sendirilah kalau mahasiswa perantau di bagian cerita yang banyak makanannya apalagi makanannya khas desa banget. Ada sayur rebung didampingi sambel favorit ditambah lagi oleh kehadiran ikan goreng di hadapan kami yang sudah cukup kelaparan sejak pagi. Membuat lidah kami tak sabar menyantapnya.

Ayo silahkan makan dulu,” ajak ibu dan bapak rafii dengan logat khas Kutainya. Karena perjalanan yang cukup panjang jadi laper banget tanpa kompromi lagi satu per satu piring kami angkat dan dengan lahapnya kami sembilan saudara menyantap makanan yang sudah tersedia di hadapan kami itu.

Jangan malu-malu habisin saja makananya,” kata ibu Rafii. Ya bu ndak perlu disuruh ntar habis juga sama kami,” sahut Widya yang membuat suasana jadi riuh penuh tawa. Tidak hanya itu kami seakan seperti tamu yang merepotkan karena kembali dihidangkan dengan minuman yang menggoda yaitu  air kelapa muda bahkan sampai jadi bekal buat pulang juga.

Tak terasa hampir pukul 12 siang kami berada di rumah Rafii dalam keadan yang hangat dengan canda gurau dan sempat silaturahmi dengan tetangga Rafii akhirnya kami memutuskan untuk pamit ke Tenggarong dan pastinya tidak lupa foto keluaraga di situ hehe.

Seusai foto bareng dan berpamitan, kami pun bergegas meluncur ke Tenggarong. Sesampainya di Tenggarong, tepat di depan museum Kerajaan Kutai, kami melihat-lihat benda sejarah di sana. Sebelum masuk ke dalam museum, kami sempat menyantap tiga buah durian yang dibeli Arini dan Fauziah di warung buah tepi jalan. Setelah menyantap durian yang lumayan membuat segar nafas saat berbicara, hehe, segaarr…(tutup hidung), kami pun langsung masuk ke situs sejarah itu sambil eksis di alamnya.

Setelah itu, kami lanjut melancong ke Planetarium Tenggarong. Menyeramkan awalnya ketika masuk di dalam karena keadaannya gelap, sempat mau kelaur karena takut. Tapi lama kelamaan malah menyenangkan. Oia, ada salah satu dari kami ternyata cuma numpang tidur di dalamya. Mau tahu siapa? Mari kita Tanya pada angin yang berhembus J . Suguhan tontotan 3D di Planetarium sungguh mencengangkan. Bikin takjub. Ya saya sih belagak kayak mahasiswa fisika saja disana karena yang muncul planet-planet gitu jadi sok memperhatikan hehe.

Tak terasa hampir pukul 5 sore kami pun bergegas langsung pulang dan sesampai di Samarinda , rihlah kali ini kami tutup dengan makan malam bersama sambil diskusi kecil di warung makan Jogja Jl. Perjuangan 1. Stelah itu kami menuju ke asrama masing-masing dalam keadaan yang cukup lelah tapi puas senang gembira.

Itulah sedikit goresan awal tahun 2015 yang kami jalani bersama. Ini merupakan catatan awal tahun yang cukup berkesan buat saya karena bisa bersama-sama dalam waktu yang lama sebelum pada akhirnya nanti akan sibuk kembali dengan aktifitas kami masing-masing. Untuk Rafii, Aldi, Donal, Arini, Fauziah, Putri, Puji, Widya semoga rihlah awal tahun yang kita lakukan ini merupakan sebuah catatan positif dalam memulai lembaran catatan selanjutnya untuk bangkit lebih baik lagi.


By Ajijul Karnaen, Etoser Samarinda Angkatan 2012. Mahasiswa PKN, FKIP, Unmul.

Togetherness from Etoser Samarinda Inside One Day (Edisi Rihlah Season 1 Etam 2012)

 Perjalanan Silaturrahmi Merawat Ikatan Kekeluaragaan Etoser
Pagi yang cerah, dihiasi dengan matahari yang terbit di ufuk Timur telah memancarkan sinarnya. Kala itu 9 orang Etoser Samarinda sedang menempuh perjalanan yang panjang untuk holiday ke kota Tenggarong. Orang bilang nama lainnya Kota Raja, kota yang banyak meninggalkan sejarah-sejarah kerajaan pada masa dahulu.

Dalam perjalanan liburan kali ini ada beberapa tempat yang akan kami kunjungi. Rumah sahabat, museum dan planetarium. Setengah perjalanan sudah kami lewati dengan pelan sambil menikmati sejuknya udara, karena masih banyak terdapat pohon-pohon rindang di kiri-kanan jalan yang kami lalui. Tak lama kemudian sampailah kami di tepi Sungai Mahakam. Kami harus menyebrangi Sungai Mahakam dengan kapal feri. Saya dan teman-teman dapat istirahat sejenak menikmati keindahan alam dan pemandangan kota Tenggarong dari atas kapal


Tak terasa kami sudah sampai di seberang sungai Mahakam, tepatnya kota Tenggarong, penyeberangan perahu tidak begitu lama. Kami kemudian melanjutkan perjalanan ke rumah sahabat kami, Rafii, dia adalah ketua dari angkatan kami, Etoser Samarinda angkatan 2012. Perjalanan menuju rumah Rafii masih jauh. Rombongan akhwat sudah kelihatan lelah dan capek.

Kami sangat kompak dalam perjalanan ini. Kala ada yang lambat kami tungguin dan kami jemput, untuk menjaga keamanan kami membuat dua strategi. 2 ikhwan berada di depan rombongan dan 2 ihkwan di belakang rombongan. Di depan menjadi penunjuk arah dan di belakang menjadi pengaman jangan sampai ada anggota rombongan yang ketinggalan. Menjaga ekor rombongan itu adalah tugas saya dan abang Ajijul.

Perjalanan menuju rumah Rafii kami harus menyeberang sungai Mahakam lagi, singkat cerita dengan perjalanan yang melelahkan akhirnya kami sampe juga di rumah Rafii. teman-teman dapat istirahat sambil ngobrol-gobrol dengan ibu dan bapak Rafii.

Makanan dan cemilan sudah siap dihidangkan. Sambil makan teman-teman bercanda diselingi tawa. Karna salah satu dari sahabat kami mengawali pembicaraan dengan topik nikah dan jodoh. Kita sebut namanya dengan inisial Aldi. Saat itu semua mata tertuju  ke Aldi. Teman-teman ketawa. “Ternyata sahabat kita yang satu ini sudah pengen nikah," kata Ajijul tak bias menahan tawa.  Salah satu dari akhwat nya juga berkata "Kayaknya enak tinggal di sini". Aldi langsung melirik dan berkata, "Cie…cie.. ada yang mau tinggal disini".

Setiap ada celah dan kata-kata Aldi selalu memberikan kode dengan wajah senyum, yang intinya slalu mengarah ke perjodohan. Akhirnya Rafii menjadi berbincangan kami. Karena Aldi selalu memberikan kode tentang hal itu. Semua teman-teman melirik Aldi dengan wajah penuh senyum beribu makna. "Hari ini Aldi sangat aneh pikirannya nikah dan jodoh mulu," ucap Arinidi sela obrolan.

Satu jam telah kami lewati dengan gembira penuh canda dan tawa. Masih ada 2 tempat lagi yang akan kami kunjungi. Masih membutuhkan waktu yang lama untuk sampai kesana. Setelah ramah tamah  kami berpamitan dengan tuan rumah untuk melanjutkan perjalanan menuju museum dan planetarium di kota Tenggarong.

Di Museum Sejarah
Memasuki Museum kami awali dengan makan durian di tempat parkir yang dilihat banyak orang. Teman-teman rebutan. Ini bagian dari kebersamaan kami. Tetapi tetap kami menjaga etika interaksi antara akhwat dan ikhwan agar kami tidak salah dalam tindakan, baik kata yang kami ucapkan maupun hal yang lainnya.

Usai buah durian kami sikat bersama, kami mulai  berjalan menuju gerbang museum yang dikerumuni antrian banyak orang.  Untuk masuk ke musemum pengunjung harus mengambil karcis dengan antri dan tertib. Semua itu langsung Ketua angkatan kami, Rafii, yang menggurusi. Kami hanya tinggal masuk.

Dalam museum kami berpencar melihat-lihat peninggalan sejarah lama mulai dari awal raja pertama yang memerintah Kerajaan Kutai Kartanegara, sampai raja terakhir kami lihat semua. Tapi hanya nama dan fotonya saja. Banyak peninggalan dan kenangan sejarah di sana. Tapi kami hanya melihat-lihat dan membaca tulisan yang tertera di sana. Tapi itu semua tidak detail tentang penjelasan yang gampang kita pahami. Tidak ada pemandu museum yang kami dapati. Seharusnya ada yang menjadi pemandu museum agar semua orang bias tahu dan paham isi museum tersebut. Sayang kalau hanya sekedar melihat-lihat saja.

Di Planetarium , Pengalaman Pertama
Memasuki Planetarium kami harus menunggu cukup lama. Akhwat mulai kelihatan lelah dan tak dipungkiri kami semua sudah lapar. Tapi kami harus menunggu. Karena sudah terlanjur sampai di sana. Jam menjelang pukul 3 siang lewat sedikit. Jadwal penayangan berikutnya di Planetarium sekitar jam 4 sore. Jadi kami harus menunggu. Dalam penantian itu teman-teman banyak melakukan aktifitas lain. Diantaranya Aldi dan Rafii khusyuk tilawah Al Quran. Akhwat ada yang menunggu sambil tidur. Ada yang jalan-jalan berkeliling area sekitar.

Tak terasa sudah lama menunggu tiba panggilan kami untuk masuk ke dalam ruangan. Ruangan itu berbentuk bundar dan lonjong. Pemandu Planetarium berkata ”Silahkan rebahkan kursi Anda dengan posisi tidur karena posisi layar ada di atas kepala Anda”. Lampu sudah mulai dimatikan dan gambaran luar angkasa pun mulai ditampilkan dengan suara yang kencang.

Hati saya berdebar kuat sekali melihat penampakan permukaan luar angkasa yang begitu luar biasa. Saya meresakan seolah-olah saya ada di dalam sana. Pemandu planetarium mulai menjelaskan satu per satu planet yang ada dan itu rasanya sangat dekat dan tersasa nyata. Satu per satu dijelaskan sampai pada akhir penutupan planet. Hal itu sangat menambah wawasan saya tentang luar angkasa. Pemandu Planetarium kemudian memutar sebuah film kartun yang berkisah tentang persatuan, kebersamaan dalam persahabatan. Sangat memotifasi saya kita menyaksikan seolah-olah kita ada di dalamnya,. Banyak pelajaran yang sudah dijelaskan dalam film yang singkat itu. Yang menjadi pemerannya adalah ikan. Bahwa hidup bersama harus saling membantu dan kerja tim sangat diperlukan dalam berbagai urusan yang melibatkan banyak pihak. 

Sekian catatan perjalanan saya bersama teman-teman Etoser Samarinda dalam rihlah awal tahun 2015.



Donal Adadi. Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosiatri Fisipol Unmul. Angkatan 2012.

Rihlah Pertama di Tahun Baru 2015 (Edisi Rihlah Season 1 Etam 2012)

Rihlah atau jalan-jalan kali ini merupakan salah satu agenda seru kami sebagai angkatan tertua di Etos Samarinda tahun ini. Sebelumnnya kami sudah banyak melaksanakan agenda seru-seru yang serupa, tetapi kebanyakan rihlah sebelumnya kami laksanakan untuk semua etoser Samarinda.

Perjalanan kali ini tujuan kami ke desa Sebulu untuk silaturahmi ke keluarga salah satu Etoser Angkatan 2012 yaitu saya sendiri dan sekaligus mengunjungi tempat-tempat wisata di kota Tenggarong. Sebulu merupakan salah satu desa kecil di kabupaten Kutai Kartanegara. Desa Sebulu adalah tujuan silaturahmi kami yang pertama, berkunjung ke orang tua dan keluarga saya, lalu lanjut filed trip budaya dan teknologi di kota Tenggarong.

Pagi itu, hari Kamis, pagi pertama di tahun 2015, suasana dingin sampai ke tulangku, karena kami sudah mengatur untuk berangkat rihlah pagi-pagi yaitu sekitar jam setengah tujuh, jadi kami sudah mandi sebelum sholat subuh, makanya terasa dingin sekali. Setelah itu kami berkumpul di asrama akhwat (perempuan) untuk berangkat bersama-sama. Perjalanan kami ini membutuhkan waktu kurang lebih dua jam karena tujuannnya ke Sebulu, kami berangkat dengan menggunakan sepeda motor untuk kesana. Rute perjalanan kami ini melewati Tenggarong setelah itu ke Mangkurawang ke Loa Tebu dan tibalah di desa Sebulu.

aktu menunjukan jam  setengah sepuluh ketika kami sampai di rumah ku di Sebulu. Ini merupakan perjalananku yang terbilang lama karena memakan waktu lebih dari 2 jam, Biasanya paling 1 jam lebih sedikit sudah sampai. Kali ini lebih lama dikarenakan perjalanan ini berombongan jadi santai santai saja di perjalanan.

Tiba di rumah, kami sudah ditunggu oleh orang tua ku yang sebelumnya sudah ku kabari bahwa aku datang berkunjung bersama teman-temanku. Kami disuguhi air putih untuk melegakan tenggoran yang kering selama perjalanan. Setelah itu kami makan bersama yang diselingi candaan dari orangtua ku dan bubuhan Etos ini. Sekitar satu jam lebih kami berada di Sebulu.

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan untuk wisata ke kota Tenggarong. Ada banyak banyak tempat wisata di ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara ini. Target kunjungan kami adalah musium Tenggarong, Musium Kayu, dan Planetarium.  Tetapi kami hanya bisa mengunjungi dua tempat yaitu Musium Tenggarong dan Planetarium  dikarenakan waktu sudah mulai malam. Walaupun  cuma dua tempat kami merasa sangat senang di rihlah kali ini. Sebenarnya aku sendiri sudah bosan (karena asli orang Kutai) sudah sering ke tempat tersebut  tetapi perjalanan kali ini punya cerita seru tersendiri bagiku.

Mungkin ini cerita singkat dari ku, mohon maaf karena kurang banyak, disebabkan juga keterbatasan waktu dalam menuangkan isi cerita ini, nanti insya Allah akan dituliskan lebih banyak lagi untuk momen-momen keseruan kami selama rihlah ini. See you next time.


 Oleh Muhammad Rafi’i, Etoser Samarinda 2012, mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman.
 
Support : Dhompet Dhuafa | ETOS SAMARINDA | Hickmat Creative
Copyright © 2014. ETOS SAMARINDA - All Rights Reserved
Site Created by Hickmat Published by ETOSER SAMARINDA
Proudly powered by Blogger