Home » » Catatan Etoser: Cerita Fakultasku, FKIP Unmul (Part 2)

Catatan Etoser: Cerita Fakultasku, FKIP Unmul (Part 2)

Written By Unknown on Selasa, 23 Oktober 2012 | 22.59

Kawan Etos, yuk mari kita lanjutkan kisah KESATRIAaaaa... \\^_^//




Hal yang ku ingat lagi sewaktu kuliah di kampus GK adalah seringnya rebutan kelas. Kebetulan saat semester satu aku diamanahi sebagai Ketua Tingkat (Kating). Sebagai mantan anak SMA yang belum tahu
apa-apa aku nyantai saja. Datang jam 7 kurang 10 menit. Tapi lama-lama tampaklah aktifitas perkuliahan yang sesungguhnya. Kakak-kakak tingkat memblokade kelas dari pagi. Entah mereka sebetulnya datang jam berapa. Sebagai orang yang tidak mau rugi aku mengusir mereka dari kelas yang ku rasa itu kelasku. Senjataku cukup meyakinkan. Selembar kertas bertuliskan jadwal kuliah beserta keterangan letak ruangnya. Ya terkadang aku kasihan dengan kakak kelas itu sebab akhirnya aku tahu bahwa jadwal FKIP Penjaskes itu sama sekali tidak jelas. Fkip Penjaskes memang yang seringkali menyegel kelas. Hal itu mereka lakukan karena di jadwal kuliah resmi mereka tidak tertulis dimana ruangannya. Terkadang mereka kuliah di kampus Banggeris, Pahlawan, GK, lapangan, dll. Tetapi karena tidak jelas mereka kerap kali kalah dan tak punya kelas. Meskipun mereka telah datang lebih pagi. Sekarang entahlah, apa masih rebutan atau tidak aku tidak tahu pasti.

Setelah kampus GK, selanjutnya yaitu kampus Pahlawan atau yang sering disebut kampus Bahasa. Menurut cerita dulu kampus Pahlawan hanya untuk prodi Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Namun saat ini kampus pahlawan juga sebagai tempat kuliah bagi prodi Pendidikan Anak Usia Dini (PGTK), Bimbingan Konseling (BK), dan Penjaskes. So, ini membuat kampus pahlawan semakin crowded. Apalagi menjelang siang. Parkiran penuh, gazebo penuh. Orang bercandaan dimana-mana. Tertawa-tiwi, ngakak-ngakak. Terkadang menyaingi suara dosen. Aku tahu gelora menjadi dosen mereka benar-benar luar biasa. Tapi bukan kah mereka juga harus menghargai dosen nya kalau ingin mengantikannya? Tidak banyak hal yang dilakukan dosen untuk menstabilkannya. Akhirnya kami menerima materi dari banyak sumber. Haha….

Sekarang ini karena banyaknya prodi yang berkuliah di Pahlawan menyebabkan kami harus bersaing satu sama lain. Bersaing merebutkan kelas. Pernah beberapa kali anak-anak kelasku tidak jadi kuliah gara-gara tak dapat kelas. Mau bagaimana lagi, merebut pun tak bisa. Akhirnya para mahasiswa sering meminjam Aula SGO untuk diguanakan sebagai kelas. Padahal aula itu tak pernah dibersihkan atau disapu. Lantai keramik yang semula berwarna putih nampak kuning ditutupi debu setebal hampir 1 cm. Kursi berdiri dengan menghadap sembarang tempat. Bekas botol minuman berserakan di lantai. Tak kalah bekas plastik yang masih menyisakan saus siomay berceceran. Dan beberapa perlengkapan pentas anak Teater Bastra pun ada disana. Kadang aku berfikir ini gudang atau aula ya?

Tidak jauh berbeda dengan kondisi aula kami tercinta, kondisi kelas kami pun kadang lebih parah. Aku percaya kelas itu pastilah disapu. Kalau nggak disapu pastilah ketahuan. Tapi kok debunya senantiasa menyelimuti lantai dan kursi-kursi kami ya? Sometimes sampah berserakan disana-sini, kok bisa ya? Jika mau duduk kami harus mikir-mikir dulu. Apalagi yang menggunakan bawahan putih. Haha….. bisa-bisa ngambar dicelana atau rok nya. Kursi tak pernah ditata. Berantakan saja, mahasiswa pun enggan menatanya. Ditambah dengan kondisi kipas angin yang rusak. Betul-betul membuat kami mandi keringat ketika mendengarkan dosen. Ya kipas merupakan kebutuhan yang agak primer di wilayah sekitar garis katulistiwa semacam Samarinda.

Ada yang lebih primer yang sampai sekarang juga belum mampu dipenuhi oleh pihak universitas. LAMPU! Tau kenapa lampu penting? Di Pahlawan kuliah malam itu merupakan hal biasa, meskipun bagi kelas regular pagi sepertiku. Tidak semua kelas memiliki lampu yang memadai, kami harus belajar di ruangan remang-remang. Membaca dan mengikuti perkulaihan dengan asiknya. Selain itu lampu pun tidak disediakan di area halaman dan parkir. Aku yakin seyakin-yakinnya jika kampus Pahlawan tidak digunakan untuk aktifitas perkuliahan malam pastilah kampus ini tempat beraktifitas yang baik bagi makhluk Allah yang lain.

Oh iya, perkembangan kampus Pahlawan sekarang juga kian pesat. Terutama perkembangan populasi non mahasiswa: kucing. Entah ada berapa jumlah kucing disana. Yang jelas mereka turut beraktifitas dengan nyamannya disana. Saat aku dan kawan-kawanku duduk-duduk dulu, ada salah satu kucing yang berjalan ke arah kami. Lalu duduk membelakangi kami dengan posisi setengah jongkok. Kemudian keluarlah sesuatu berwarna kuning dari anusnya. Dan aroma getirpun menyebar. Huh, itu benar-benar pengalaman yang tak terlupakan. Mereka terkadang juga membuang fesesnya di sembarang tempat. Maka kami para mahasiswa harus selektif untuk memilih tempat tongkrongan yang tepat. Salah-salah bisa kena tahi kucing. Hehe….. 

Aku juga ingat ada kakak kelas ku yang pernah bilang bahwa dosennya mengatakan “Ini kelas atau kebun binatang ya?”  waktu itu sang kakak kelas sedang ada kuliah. Tiba-tiba ada kucing besar masuk kelas membawa serta ke -3 anaknya. Mereka kemudian duduk di depan kelas dan sang kucing besar itu merobohkan badannya. Ke-3 anak kucing lalu berebut menyusu pada ibunya. 

hahaha...... tuh  asli TERJADI lochh......

Share this article :
 
Support : Dhompet Dhuafa | ETOS SAMARINDA | Hickmat Creative
Copyright © 2014. ETOS SAMARINDA - All Rights Reserved
Site Created by Hickmat Published by ETOSER SAMARINDA
Proudly powered by Blogger