Waah…akhirnya
Etam (singkatan Etoser Samarinda) Angkatan
2012 bisa rihlah juga setelah sempat tertunda karena belum menemukan waktu yang tepat.
Alhamdulillah, 1 Januari 2015 rihlahnya terlaksana. Rihlah ini cuma modal
nekat. Gimana tidak nekat, rihlah tanpa pendamping, karena
beliau masih ada urusan sih ke
Balikpapan, kemudian di tanggal tua
pula. Taulah anak Etos
itu kayak apa kalau masih di bawah tanggal 10. Tunggal muda bagi Etoser itu dihitung di atas
tanggal 10, setelah mendapat SMS setia dari
Bank Syariah Mandiri, SMS pembawa
kabar gembira untuk para Etoser.
Oke.. rute
rihlahnya ke Sebulu, ke rumah salah satu saudara Etam
kami, Rafi’I, untuk menjalin silaturrrahmi. Kemudian ke
Tenggarong menuju Museum Mulawarman dan Planetarium. Etam
2012 ada 9 orang (5 akhwat dan 4 ikhwan). Rihlah kami kali ini menggunakan sepeda motor.
Awal perjalanan menuju ke Sebulu sangat
melelahkan, bertanya berkali-kali” Masih jauh kah ? Berapa kilo lagi ?” Karena
perjalanan kesana tidak terduga sebelumnya harus
menyebrangi sungai 2 kali dan melewati jalanan yang masih dalam perbaikan. Tetapi
setelah sampai tujuan, lelahnya mulai menghilang. Karena bertemu dengan orang-orang
luar biasa, pertama bertemu dengan orang tua Rafi’i, mereka sangat welcome menyambut kedatangan kami dan
sudah mempersiapkan semuanya.
Pertama melihat kedua orang tuanya
sangat tertegun, mereka sangat mirip sekali. Namanya juga sudah jodoh ya? Jadi
ada kemiripan gitu. (Loh?). Tau saja nih
orang tuanya Rafi’i kalo kami kelaparan, masuk rumah sudah disediakan
jagung rebus. Asik… jadi seperti orang-orang
yang ngerayain tahun baru malam sebelumnya kan ya,
beli jagung untuk dibakar. Kalo kami lebih berbeda dong.
Jagungnya direbus, gratis lagi nggak perlu beli. Dan juga disediain saya lupa nama makanannya,
makanannya seperti klepon gitu, tapi didalamnya nggak ada isinya
dan terbuat dari tepung sagu, rasanya lebih lembut.
Belum habis jagung rebus dan makanan
satunya, ternyata disediakan makanan lagi (Ohh.. tadi cuci mulutnya ya ...). Kami
makan sayur rebung, ikan sama sambel ( lezatt sekaliii..yummiii).
Sudah lama sekali rasanya nggak makan
rebung. Wah, pas banget dikasih sayur rebung. Sayur rebung ‘kan
banyak kandungan kaliumnya, yang bisa menguatkan tulang. Jadi pas perjalanan
jauh nggak begitu terasa lelahnya. (Maklum anak
Farmasi. Tahu sedikit kandungan makanan :).
Setelah perut kenyang, kemudian kami bersilaturrahmi ke tempat
paman Rafi’i yang berada di seberang
rumahnya. Pamannya ternyata orang hebat, beliau pernah jadi guru di BEC, salah satu tempat kursus bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare,
Kediri.
Beliau memotivasi kami untuk paham akan Bahasa Inggris
dengan menceritakan pengalaman-pengalaman beliau. Perkataan beliau yang saya
ingat ”Belajar Bahasa Inggris
itu mudah, asalkan kami paham Grammar dan
percaya diri. Kemudian mendukung sistem pembelajarannya. Tapi sayang kebanyakan
di sekolah ini tidak terlalu memahamkan Grammar, yang
penting banyak kosa kata yang dihapal”. Beliau
di desa itu biasanya mengajarkan pelajaran
Bahasa Inggris di musholla dekat rumahnya dan beliau
termasuk orang yang menuliskan buku pembelajaran bahasa Inggris
untuk pegangan mahasiswa di BEC. Dan salah satu muridnya sekarang menjadi orang
sukses di Riau. Tetapi beliau sekarang sudah tidak bekerja di BEC lagi.
Sungguh hebat, karena beliau berusaha
untuk mengamalkan ilmu yang telah didapatnya dari BEC dan membuka pikiran untuk
masyarakat setempat, walaupun tinggal di desa
tetapi tidak menutup kemungkinan pula untuk bisa mahir
berbahasa Inggris. Dan sekarang di desa Sebulu
tersebut sudah ada yang pergi ke Perancis
setelah mendapat pembekalan dari paman Rafi’I itu.
Kami kembali ke
rumah Rafi,i. Sebelum pamit kepada orang tua Rafi’i kami minum air kelapa muda
terlebih dahulu kemudian pamit untuk melanjutkan perjalanan ke Tenggarong.
Sebelum pamit kami foto bersama orang tuanya Rafi’i. Terima kasih orang tuanya
Rafi’i yang sudah menyambut kedatangan kami dan terima kasih juga kepada pamannya Rafi’i atas
motivasi dan ilmunya. Semoga ini pertemuan yang awal bukan berarti pertemuan
yang terakhir.
Rute selanjutnya ke kota Tenggarong
menuju Museum Mulawarman dan Planetarium. Di Museum Mulawarman sebelum masuk ke
museumnya kami makan durian dulu sambil
menunggu adeknya Rafi’i. Adeknya Rafi’I akan jadi pemandu perjalanan kami. Tak
lama adeknya Rafi’I tiba, , ternyata adeknya mirip banget sama Rafi’i
dan adeknya ternyata punya kembaran. Ckckck.. kalo
ada kembaran adeknya mungkin jadi kembar 3... I’m very Surprise.
Lanjut ke Planetarium...awalnya sih
hampir nggak jadi beli tiket ke Planetarium. Karena ngantri sekali dan kami
dapat antrian jam setengah 4. Padahal sesuai rencana, kami pulang ke Samarinda jam 3. Tapi, alhasil alhamdulillah jadi juga beli
tiketnya. Kan sayang sudah di tempat,
tapi nggak nonton.
Beneran nggak nyesel deh jadi beli
karcisnya, setelah naik ke lantai 2 untuk liat planet 3 dimensi benar-benar
keren. Indahnya melihat banyaknya bintang gemerlap, seolah-olah seperti pada
malam hari. Ingin rasanya mengambil salah satu bintang yang paling bersinar.
Jadi teringat kalimat di buku karangan Ilana
Tan dalam bukunya,
Winter in Tokyo,
“Mengapa harus takut gelap, jika banyak keindahan yang hanya bisa dilihat pada
keadaan gelap”. Kurang lebih seperti itulah kata-katanya, dan
memang di planetarium seperti nyata, kemudian kami menjelajah ke 8 planet dari Merkurius hingga Neptunus. Kemudian
nonton ilustrasi dari dunia ikan yang menggambarkan keadaan bumi sekarang,
khususnya Kalimantan Timur. Di film tersebut menceritakan bahwa di Kalimantan
Timur terkenal akan tambangnya, yang mana tambang ini yang di angkut oleh kapal
tambang dapat merusak seluruh biota di laut.
Sebenarnya membicarakan tambang ini
serba salah. Karena jika tidak digali tambang merupakan salah satu sumber
kekayaan alam di Kalimantan, tetapi jika digali menimbulkan berbagai kerusakan
seperti banjir, longsor dll. Ini sebenarnya yang salah ulah
tangan manusia sendiri, karena tidak bertanggung jawab. Hanya ingin mendapatkan
tambangnya saja, hanya ingin menggali saja tetapi tidak bertanggung jawab untuk
menimbunnya kembali atau dengan penanaman pohon
terutama pohon yang banyak mengandung Nitrogen agar tidak terjadi kelongsoran,
banjir dll.
Membicarakan tambang, teringat selama
perjalanan menuju ke Tenggarong, memang itulah nyatanya. Sepanjang perjalanan
hampir terlihat bekas galian tambang, dan dibiarkan begitu saja hingga
terbentuk danau. Seharusnya ini menjadi PR bersama, jika ini yang terjadi
terus-menerus apa yang akan terjadi 5,10,25 tahun yang akan datang? (Tidak bisa
membayangkan).
Saya sangat bersyukur dan senang sekali
tahun baru 2015 ini lebih berbeda, walaupun tahun-tahun
sebelumnya saya juga biasa saja dengan tahun baru. Kalau nggak denger suara
petasan dan liat orang bakar jagung nggak tahu kalau sudah ganti tahun dan juga
yang biasanya hanya ngurung diri di asrama
menyempatkan waktu libur. Alhamdulillah tahun 2015 ini lebih bermanfaat karena
banyak poin yang didapatkan, dari selama perjalanan terlihat sekali
kebersamaannya karena saling tunggu-menunggu saudara kami yang tertinggal,
bertemu orang tua Rafi’i yang setidaknya mengingatkan saya juga dengan orang
tua di rumah, bertemu dengan pamannya Rafi’i yang memotivasi kami untuk
mahir terhadap bahasa Inggris karena bahasa Inggris
sudah bukan hal yang asing lagi di pelosok-pelosok dan
semua kalangan perlu mahir bahasa Inggris. Di
Museum Mulawarman kami menemukan bahwa kita
seharusnya peka akan sejarah, terutama sejarah Kalimantan. Malu gitu,
orang-orang pedalaman jaman dahulu tidak
sekolah tetapi mempunyai jiwa seni dan kreatifitas yang
tinggi
dengan memanfaatkan alam semesta
sehingga kami para penerus sejarah aat ini didorong
untuk lebih kreatif. Di Planetarium, kekuasaan Alloh sungguh tidak ada yang
menandingi, di planetarium hanya buatan manusia yang masih banyak kurangnya
membuat kami sadar akan peduli terhadap
alam, bukan merusak alam tetapi menjaganya.
Dan juga silaturrahminya dapat, semoga dengan silaturrahmi ini segala
urusan dan rejeki di mudahkan dan dipanjangkan umurnya.
Terimakasih
Etos, terimakasih Etam angkatan 2012. Semoga
awal tahun yang kita isi dengan kebermanfaatan ini bukan
hanya di awal saja, tapi berkelanjutan . Membuka mimpi-mimpi dan
cita-cita
yang kami rajut bersama dan akan
segera terwujud..Aamiin.
Oleh Puji Rahayu, mahasiswi Fakultas Farmasi
Universitas Mulawarman. Etoser Samarinda Angkatan 2012.