Home » , , , , , , , , , , » Field Trip Tahun Baru 2015 Yang Berkesan (Edisi Rihlah Season 1 Etam 2012)

Field Trip Tahun Baru 2015 Yang Berkesan (Edisi Rihlah Season 1 Etam 2012)

Written By Unknown on Jumat, 09 Januari 2015 | 16.00

Waahakhirnya Etam (singkatan Etoser Samarinda) Angkatan 2012 bisa rihlah juga setelah sempat tertunda karena belum menemukan waktu yang tepat. Alhamdulillah, 1 Januari 2015 rihlahnya terlaksana. Rihlah ini cuma modal nekat. Gimana tidak nekat, rihlah tanpa pendamping, karena beliau masih ada urusan sih ke Balikpapan, kemudian di tanggal tua pula. Taulah anak Etos itu kayak apa kalau masih di bawah tanggal 10. Tunggal muda bagi Etoser itu dihitung di atas tanggal 10, setelah mendapat SMS setia dari Bank Syariah Mandiri, SMS pembawa kabar gembira untuk para Etoser.

Oke.. rute rihlahnya ke Sebulu, ke rumah salah satu saudara Etam kami, Rafi’I,  untuk menjalin silaturrrahmi. Kemudian ke Tenggarong menuju Museum Mulawarman dan Planetarium. Etam 2012 ada 9 orang (5 akhwat dan 4 ikhwan). Rihlah kami kali ini menggunakan sepeda motor.

Awal perjalanan menuju ke Sebulu sangat melelahkan, bertanya berkali-kali” Masih jauh kah ? Berapa kilo lagi ?” Karena perjalanan kesana tidak terduga sebelumnya harus menyebrangi sungai 2 kali dan melewati jalanan yang masih dalam perbaikan. Tetapi setelah sampai tujuan, lelahnya mulai menghilang. Karena bertemu dengan orang-orang luar biasa, pertama bertemu dengan orang tua Rafi’i, mereka sangat welcome menyambut kedatangan kami dan sudah mempersiapkan semuanya.

Pertama melihat kedua orang tuanya sangat tertegun, mereka sangat mirip sekali. Namanya juga sudah jodoh ya? Jadi ada kemiripan gitu. (Loh?). Tau saja nih orang tuanya Rafi’i kalo kami kelaparan, masuk rumah sudah disediakan jagung rebus. Asik… jadi seperti orang-orang yang ngerayain tahun baru malam sebelumnya kan ya, beli jagung untuk dibakar. Kalo kami lebih berbeda dong. Jagungnya direbus, gratis lagi nggak perlu beli. Dan  juga disediain saya lupa nama makanannya, makanannya seperti klepon gitu, tapi didalamnya nggak ada isinya dan terbuat dari tepung sagu, rasanya lebih lembut.

Belum habis jagung rebus dan makanan satunya, ternyata disediakan makanan lagi (Ohh.. tadi cuci mulutnya ya ...). Kami makan sayur rebung, ikan sama sambel ( lezatt sekaliii..yummiii). Sudah lama sekali rasanya nggak makan rebung. Wah, pas banget dikasih sayur rebung. Sayur rebung kan banyak kandungan kaliumnya, yang bisa menguatkan tulang. Jadi pas perjalanan jauh nggak begitu terasa lelahnya. (Maklum anak Farmasi. Tahu sedikit kandungan makanan :).

Setelah perut kenyang, kemudian kami bersilaturrahmi ke tempat paman Rafi’i yang berada di seberang rumahnya. Pamannya ternyata orang hebat, beliau pernah jadi guru di BEC, salah satu tempat kursus bahasa Inggris di Kampung Inggris Pare, Kediri. Beliau memotivasi kami untuk paham akan Bahasa Inggris dengan menceritakan pengalaman-pengalaman beliau. Perkataan beliau yang saya ingat ”Belajar Bahasa Inggris itu mudah, asalkan kami paham Grammar dan percaya diri. Kemudian mendukung sistem pembelajarannya. Tapi sayang kebanyakan di sekolah ini tidak terlalu memahamkan Grammar, yang penting banyak kosa kata yang dihapal”. Beliau di desa itu biasanya mengajarkan pelajaran Bahasa Inggris di musholla dekat rumahnya dan beliau termasuk orang yang menuliskan buku pembelajaran bahasa Inggris untuk pegangan mahasiswa di BEC. Dan salah satu muridnya sekarang menjadi orang sukses di Riau. Tetapi beliau sekarang sudah tidak bekerja  di BEC lagi.

Sungguh hebat, karena beliau berusaha untuk mengamalkan ilmu yang telah didapatnya dari BEC dan membuka pikiran untuk masyarakat setempat, walaupun tinggal di desa tetapi tidak menutup kemungkinan pula untuk bisa mahir berbahasa Inggris. Dan sekarang di desa Sebulu tersebut sudah ada yang pergi ke Perancis setelah mendapat pembekalan dari paman Rafi’I itu.

Kami kembali ke rumah Rafi,i. Sebelum pamit kepada orang tua Rafi’i kami minum air kelapa muda terlebih dahulu kemudian pamit untuk melanjutkan perjalanan ke Tenggarong. Sebelum pamit kami foto bersama orang tuanya Rafi’i. Terima kasih orang tuanya Rafi’i yang sudah menyambut kedatangan kami dan terima  kasih juga kepada pamannya Rafi’i atas motivasi dan ilmunya. Semoga ini pertemuan yang awal bukan berarti pertemuan yang terakhir.


Rute selanjutnya ke kota Tenggarong menuju Museum Mulawarman dan Planetarium. Di Museum Mulawarman sebelum masuk ke museumnya kami makan durian dulu sambil menunggu adeknya Rafi’i. Adeknya Rafi’I akan jadi pemandu perjalanan kami. Tak lama adeknya Rafi’I tiba, , ternyata adeknya mirip banget sama Rafi’i dan adeknya ternyata punya kembaran. Ckckck.. kalo ada kembaran adeknya mungkin jadi kembar 3... I’m very Surprise.

Kemudian kami masuk ke Museum. Di dalam melihat hasil sejarah jaman dahulu kala. Mulai dari tempat tidur sang Raja Kutai Kartanegara, yang punya marga Aji, pernak-pernik dari pakaian, kalung, cincin, bantal dan lainnya. Liat senjata asli yang digunakan jaman dulu. Kemudian karena tidak ingin meninggalkan momen kami poto bersama, kasian sekali adeknya Rafi’i disuruh fotoin kami (Katanya Rafi’i sih memang sudah disewa gitu).


Lanjut ke Planetarium...awalnya sih hampir nggak jadi beli tiket ke Planetarium. Karena ngantri sekali dan kami dapat antrian jam setengah 4. Padahal sesuai rencana, kami pulang ke Samarinda jam 3. Tapi, alhasil alhamdulillah jadi juga beli tiketnya. Kan sayang sudah di tempat, tapi nggak nonton.

Beneran nggak nyesel deh jadi beli karcisnya, setelah naik ke lantai 2 untuk liat planet 3 dimensi benar-benar keren. Indahnya melihat banyaknya bintang gemerlap, seolah-olah seperti pada malam hari. Ingin rasanya mengambil salah satu bintang yang paling bersinar. Jadi teringat  kalimat di buku karangan Ilana Tan dalam bukunya, Winter in Tokyo, “Mengapa harus takut gelap, jika banyak keindahan yang hanya bisa dilihat pada keadaan gelap”. Kurang lebih seperti itulah kata-katanya, dan memang di planetarium seperti nyata, kemudian kami menjelajah ke 8 planet  dari Merkurius hingga Neptunus. Kemudian nonton ilustrasi dari dunia ikan yang menggambarkan keadaan bumi sekarang, khususnya Kalimantan Timur. Di film tersebut menceritakan bahwa di Kalimantan Timur terkenal akan tambangnya, yang mana tambang ini yang di angkut oleh kapal tambang dapat merusak seluruh biota di laut.

Sebenarnya membicarakan tambang ini serba salah. Karena jika tidak digali tambang merupakan salah satu sumber kekayaan alam di Kalimantan, tetapi jika digali menimbulkan berbagai kerusakan seperti banjir, longsor dll. Ini sebenarnya yang salah ulah tangan manusia sendiri, karena tidak bertanggung jawab. Hanya ingin mendapatkan tambangnya saja, hanya ingin menggali saja tetapi tidak bertanggung jawab untuk menimbunnya kembali atau dengan penanaman pohon terutama pohon yang banyak mengandung Nitrogen agar tidak terjadi kelongsoran, banjir dll.

Membicarakan tambang, teringat selama perjalanan menuju ke Tenggarong, memang itulah nyatanya. Sepanjang perjalanan hampir terlihat bekas galian tambang, dan dibiarkan begitu saja hingga terbentuk danau. Seharusnya ini menjadi PR bersama, jika ini yang terjadi terus-menerus apa yang akan terjadi 5,10,25 tahun yang akan datang? (Tidak bisa membayangkan).

Saya sangat bersyukur dan senang sekali tahun baru 2015 ini lebih berbeda, walaupun tahun-tahun sebelumnya saya juga biasa saja dengan tahun baru. Kalau nggak denger suara petasan dan liat orang bakar jagung nggak tahu kalau sudah ganti tahun dan juga yang biasanya hanya ngurung diri di asrama menyempatkan waktu libur. Alhamdulillah tahun 2015 ini lebih bermanfaat karena banyak poin yang didapatkan, dari selama perjalanan terlihat sekali kebersamaannya karena saling tunggu-menunggu saudara kami yang tertinggal, bertemu orang tua Rafi’i yang setidaknya mengingatkan saya juga dengan orang tua di rumah, bertemu dengan pamannya Rafi’i yang memotivasi kami untuk mahir terhadap bahasa Inggris karena bahasa Inggris sudah bukan hal yang asing lagi di pelosok-pelosok dan semua kalangan perlu mahir bahasa Inggris. Di Museum Mulawarman kami menemukan bahwa kita seharusnya peka akan sejarah, terutama sejarah Kalimantan. Malu gitu, orang-orang pedalaman  jaman dahulu tidak sekolah tetapi mempunyai jiwa seni dan kreatifitas yang tinggi dengan memanfaatkan alam semesta  sehingga kami para penerus sejarah aat ini didorong untuk lebih kreatif. Di Planetarium,  kekuasaan Alloh sungguh tidak ada yang menandingi, di planetarium hanya buatan manusia yang masih banyak kurangnya membuat kami sadar akan  peduli terhadap alam, bukan merusak alam tetapi menjaganya.  Dan juga silaturrahminya dapat, semoga dengan silaturrahmi ini segala urusan dan rejeki di mudahkan dan dipanjangkan umurnya.

Terimakasih Etos, terimakasih Etam angkatan 2012. Semoga awal tahun yang kita isi dengan kebermanfaatan ini bukan hanya di awal saja, tapi berkelanjutan .  Membuka mimpi-mimpi dan cita-cita  yang  kami rajut bersama dan akan segera terwujud..Aamiin.


Oleh  Puji Rahayu, mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman. Etoser Samarinda Angkatan 2012.
Share this article :
 
Support : Dhompet Dhuafa | ETOS SAMARINDA | Hickmat Creative
Copyright © 2014. ETOS SAMARINDA - All Rights Reserved
Site Created by Hickmat Published by ETOSER SAMARINDA
Proudly powered by Blogger