Home » , , , , , , , , , , » Rihlah Perdana Angkatan (Edisi Rihlah Season 1 Etam 2012)

Rihlah Perdana Angkatan (Edisi Rihlah Season 1 Etam 2012)

Written By Unknown on Jumat, 09 Januari 2015 | 15.54

Kamis, 1 Januari 2015 adalah rihlah perdana untuk etoser angkatan 2012 yang setelah sekian lama tertunda akhirnya terwujud juga. Personil etoser 2012 ada 9, mulai dari yang sulung sampai bungsu, ada Donal, Ajijul, Aldi, Sanda, Fauziah, Arini, Rafi’i, Puji, dan Widya. Kami sepakat berangkat rihlah menggunakan sepeda motor. 5 motor pun disiapkan, karena ganjil ada 9 orang jadi ada yang 1 motor sendiri dan itu adalah saya “Widya” si bungsu yang sendiri, lainnya berpasang-pasangan. Tentunya cowok dengan cowok, cewek dengan cewek.

Rihlah ini bermodalkan uang pembinaan secukupnya (alhamdulillah ada), niat plus nekat dan rihlah yang tanpa pendamping, dengan begitu kami harus bertanggungjawab atas diri masing-masing dan saling menjaga (bisa dibilang kayak kakak adik gitu…). Tujuan rihlah kami adalah ke Sebulu (rumah Rafi’I, salah satu Etoser) kemudian lanjut field trip ke kota Tenggarong, ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara. Kalimantan Timur.

Untuk perjalanan on time dengan safety yang sudah disiapkan dan bensin full di tangki. Sekitar jam 7 pagi kami sudah melesat pergi. Dahsyat pula semua keempat motor yg dikendarai para sulung-sulung ini. Yang pertama ada Aldi dan Rafi’i selalu di depan menjadi instruktur perjalanan, yang kedua ada Fauziah dan Arin, yang ketiga ada Sanda dan Puji, kemudian ada saya sendirian (hiks..) dan yang terakhir ada Donal dan Ajijul yang harus selalu di belakang kami. Motor mereka bener-bener melesat (laju banget), mau gak mau saya juga harus mengikuti laju motor mereka. Sangking lajunya bisa-bisa ban motor lepas satu demi satu, tapi syukurnya nggak sampai lepas.
Ini adalah perjalanan terjauh pertama yang saya tempuh dengan mengendarai motor sendiri, biasanya dibonceng. Kali ini memberanikan diri.

Putaran demi putaran roda mulai tak terhitung lagi jumlah putarannya. Dalam hati mulai bertanya “Masih jauh kah?.” Seneng banget pas udah belok masuk ke gang, “Alhamdulillah entar lagi nyampe” suara dalam hati saya J. Saya kira itu gang rumah Rafi’i, tapi ternyata bukan itu gang yang akan menuju pelabuhan ke-2 dengan kapal yang akan mengantar kami ke Sebulu. Setelah sebelumnya kami sudah menyeberang satu kali dengan perahu di penyeberangan kota Tenggarong. Akhirnya setelah penyeberangan kapal ke-2 sudah kami lewati, tinggal perjalanan dari pelabuhan ke Sebulu, ke rumah Rafi’i.

Setelah sekian lama dalam perjalanan dengan berbagai tantangan dan lika-liku yang dihadapi, akhirnya rumah Rafi’i pun terlihat dan alhamdulillah nyampe’ juga akhirnya. Pertama kali yang menyambut kami adalah ibu Rafi’i. Para akhwat pun heboh “Ibunya Rafi’i mirip banget ya sama Rafi’I,” dan kehebohan pun belum selesai saat kami masuk ke rumah Rafi’i, saat kami bertemu bapak Rafi’i, “Ya Allah semuanya mirip banget,”emang dasar si akhwat pemerhati. :D

Hikmah dari silaturrahim adalah mempererat tali persaudaraan, memperpanjang umur, tambah disayang Allah dan yang tak terlupakan adalah mempermudah rezeki. Yah…salah satu rezeki yang kami dapat adalah disuguhkan berbagai hidangan yang nikmat. Apa perlu saya sebutkan satu per satu apa aja hidangannya? Sepertinya gak usah ya, nanti bikin pengen lagi. Terimakasih ibu Rafi’i sudah menjamu kami. (^_^)

Teringat kata guru SMA saya dulu, “Guru yang baik adalah guru yang menghapus tulisannya di papan tulis sendiri”. Jadi, akhwat yang baik adalah akhwat yang mencuci piringnya sendiri dan bantu cuciin piring temen yang lain.  Hehe. Fastabikhulkhairot. Ada 3 akhwat yang ke dapur untuk bantu cuci piring. Setelah berkecimpung cuci piring sambil ngobrol, ibu Rafi’i nawarin buah mangga yang pada akhirnya kami sebut dengan buah mangga rasa ketawa. Alasannya karena…(kalo’ udah ngerasain baru tau).

Detik, menit dan jam pun sudah terlewati pada akhirnya kami harus segera melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya yaitu Tenggarong. Tapi sebelumnya foto-foto bareng orang tua Rafi’i pun tak terlewatkan. Cekrek..cekrek.



Perjalanan ke Tenggarong pun kami tempuh. Rafi’i sudah janjian sama adiknya untuk ketemuan di Museum Mulawarman untuk jadi pemandu tour kami.  Setelah beli tiket dan menitipkan barang, mulailah kami berkeliling museum meskipun gak semua terjelajahi. Selanjutnya kami pergi ke Planetarium, dan ini adalah salah satu tempat yang sangat ingin saya datangi. Di Planetarium ada jadwal pertunjukan di tiap-tiap jam tertentu. Saat itu sekitar jam 2 siang lewat berapa menit dan detik gitu, dan pertunjukan selanjutnya 45 menit lagi. Perjalanan pulang ke Samarinda masih cukup panjang, kalo’ dituruti untuk tetep nunggu beli tiket dan nonton pertunjukannya bakal sampe’ di asrama malam.

Tapi, 10 kartu antrian udah di tangan saya “Yah mau diapain lagi, udah diambil”, yaudah deh jadinya kita nunggu sampe’ pertunjukan dimulai. “Akhirnya bisa nonton juga”, meskipun banyak yang udah kecapean.

Dan akhirnya setelah nonton dan sholat Ashar, kami pun langsung melanjutkan perjalanan pulang ke Samarinda dengan cerita perjalanan yang lain pula.

Semoga di rihlah ini ada hikmah dan pelajaran yang bias kita dapatkan di dalamnya dan semoga diridhoi Allah. Kami akan atur perjalanan-perjalanan lain untuk ke depannya dengan tempat-tempat yang berbeda. Diniatkan untuk mendapatkan manfaat dan bisa memberikan kebermanfaatan pada mereka yang kami kunjungi. (^_^)

By Nur Widyati PEtoser Samarinda angkatan 2012, mahasiswi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman.
Share this article :
 
Support : Dhompet Dhuafa | ETOS SAMARINDA | Hickmat Creative
Copyright © 2014. ETOS SAMARINDA - All Rights Reserved
Site Created by Hickmat Published by ETOSER SAMARINDA
Proudly powered by Blogger