Home » » Catatan Etoser: Aku Main Sinetron

Catatan Etoser: Aku Main Sinetron

Written By Unknown on Minggu, 18 November 2012 | 23.20

"Kamu ngapain di situ??" tanya temannya. "Lagi ganggu kerang ini, itu juga.." jawab Ila.

Bukan ingin curhat,
Tapi hanya ingin belajar menuangkan sedikit isi otakku yang terbatas dalam bentuk tulisan. Tapi karena potensi otakku masih sedikit sekali  kugali, jadi aku menulis apa yang kualami saja dan sedikit opiniku.
Well, this my note.

Aku Main Sinetron

Waktu menunjuka sekitar pukul 16.00 wita. Sekitar jam itulah aku ngeluyur sendirian di kota Samarinda dalam rangka menimba ilmu. Ah kata “menimba ilmu” terlalu biasa, kuganti jadi "menciduk" ilmu. Biasanya aku nggak sendirian pergi menimba ilmu menciduk ilmu, selalu ada kawan yang menjemput. Tapi untuk kali ini tidak ada, kawanku masih mudik ke kampungnya.

Untuk menuju tempat aku menciduk ilmu,perlu 2x naik angkot. Angkot, bukan taxi. Masalah angkot dan taxi di Samarinda ini memang agak aneh di kupingku, seringkali orang-orang atau teman-temanku menyebut angkot sebagai taxi, dan taxi sebagai taxi argo. Apa bedanya toh antara taxi dengan taxi argo? Menurutku sama saja. Okelah, tafadol mo nyebut apa, mo taxi mo angkot yang penting bayar.

Ok, kembali ke angkot. Angkot pertama aku naiki tidak jauh dari kosku, “Soetomo pak?”. Pak supir hanya mengangguk. Baiklah, gue naik angkotnya. Di dalam sudah ada 1 orang mbak yang sedari aku pertama masuk angkot sampai dia turun selalu membelai-belai rambutnya yang agak basah. Kenapa gerang mbak pegang rambut mulu dari tadi, aku tau mbak habis keramas toh? Aku iri? Haha, mungkin. Kan aku nggak bisa belai2 rambutku. Masa’ iya aku belai2 kerudungku, nggak lucu toh.

Sampai di jalan Soetomo aku turun pas di zebra cross, tempat semestinya buat pejalan kaki menyebrang jalan. Tapi, karena di zebra cross tersebut nggak ada lampu merahnya jadi tergantung kelihaian si penyebrang untuk melewatinya. Alhamdulillah, ternyata banyak ibu-ibu yang mau nyebrang juga. Barengan deh kita. Alhamdulillah lagi, salah satu mobil yang harusnya melintas berinisiatif untuk berhenti mempersilakan kami lewat. Seorang bapak dalam mobil yang baik hati, tangannya mengisyaratkan kepada kami untuk lewat terlebih dahulu. Terima kasih bapak.Ok, kami lewat dan aku menjadi orang terdepan dalam barisan penyebrang jalan ini.

Tiba-tiba dari belakang mobil bapak yang baik hati itu muncul bocah (arrrghh, semoga Allah memberi dia pelajaran) dengan motor jangkriknya (ah, aku nggak tau nama jenis motor itu. Mirip seperti belalang sebenarnya, yang agak nungging bagian belakangnya. Dan menurut disiplin ilmu yang kudalami, belalang dengan jangkrik adalah berbeda. Biarlah motornya kusebut jangkrik, pan warnanya item katak jangkrik dan ribut pula suaranya).
Brruuumm, braam,  bruumm, ckiiiittt…bruuummm…!!

Sesaat, beberapa detik aku terdiam. Kakiku benar-benar nggak bisa digerakkan walau aku ingin dan otakku memerintahkan dengan keras (haha, iya nggak sih my Brain? Apakah kau menyuruh kakiku untuk lari?). Hanya terdiam kaku, bahkan untuk menjeritpun tidak bisa. Deghh..Ya Allah aku terima apapun yang kau berikan hari ini. Ikhlaskan aku masuk Rumah Sakit yang baunya nggak enak itu.
” Zeengg!! Bruumm!!”
Motor itu nggak nabrak badanku. Beneran rasanya kayak maen sinetron gue. Lututku bergetar.

?@3$%!!*^%@!

Andai aku nggak pernah ngerasain Tarbiyah Islamiyah, aku nggak tau apa yang sudah aku ucapkan. Mengingat diriku sebelum tarbiyah adalah orang yang sangat emosional dan bertemperamen tinggi.  Bocah yang sangat pandai mengemudi itu, pasca hampir menabrak diriku langsung ngeloyor dengan motor jangkriknya tanpa ba bi bu. Bilang apa kah, atau sekedar melihat ke arahku untuk memastikan korbannya itu baik-baik saja atau mati mendadak karena jantungan.  Keterlaluaaannn!!!
Astaghfirullah…kenapa banyak kejadian yang membuatku yakin bahwa semakin hari semakin banyak orang yang hatinya sudah tidak peka lagi dengan penderitaan orang lain, bahkan yang ia sebabkan sekalipun. Nggak peduli orang lain mau jatuh, mau terlentang, mau kejebur, mau apapun boleh. Karepmulah. Mungkin aku juga salah satu yang termasuk di dalamnya, terlalu sibuk dengan diri sendiri hingga lupa bahwa banyak orang di sekitarku.Tapi aku juga yakin masih banyak orang yang punya hati nurani seperti salah satu reality show. Membantu tanpa pamrih walau dirinya sendiri penuh keterbatasan. Maen sinetron lagi deh, eh reality show. You know it so well, right?

FN:
Para komentator yang terhormat, apakah tulisan saya bagus? Hahaha… Kalau ada yang kurang bagus dan perlu diperbaiki, yang bagian mana? Terima kasih sebelumnya.
Oleh seorang sahabat, Siti Syahrana===

Share this article :
 
Support : Dhompet Dhuafa | ETOS SAMARINDA | Hickmat Creative
Copyright © 2014. ETOS SAMARINDA - All Rights Reserved
Site Created by Hickmat Published by ETOSER SAMARINDA
Proudly powered by Blogger