Home » » Pesona Malang dari Kemalangan Etoser 2013

Pesona Malang dari Kemalangan Etoser 2013

Written By Unknown on Rabu, 15 Oktober 2014 | 08.10



Kabar yang telah disampaikan beberapa bulan yang lalu dari suatu program beasiswa kependidikan di sejumlah Perguruan Tinggi di Indonesia yang mencapai 300 peserta datang ke kota Malang untuk dapat bersilaturahmi bersama mencapai suatu kesepakatan dan kemampuan untuk beradaptasi dari berbagai pelosok negri. 


Dimulai dari suatu pagi yang cerah dibarengi sang mentari yang menggejolak kami berkumpul di asrama akhwat etos Samarinda. Permintaan yang telah dipesan sebelumnya yaitu nasi wuduk telah menghiasi aroma menggoda perut. Rasa laparpun telah tiba, memang sih dari asrama, ikhwan belum makan. Akhirnya ikhwanpun menyanntap makanan dengan kedamaian yang diberikan pendamping meskipun lauk seadanya sambil menunggu mobil travel datang. Tidak begitu lama kami menunggu, akhirnya travel tiba dan melanjutkan perjalanan menuju bandara Sepingan, Balikpapan. 

Disepanjang perjalanan tidak begitu rame dan rasanya memang flat karena memang disepanjang perjalanan Samarinda-Balikpapan hutan belantara. Kami hanya disuguhkan oleh pemandangan hutan hujan tropis basah. Namun, begitu tiba di Bandara Sepingan Balikpapan, anugerah dari tuhan terasa, kami bersemangat dan ingin segera tiba di kota Malang. Saking semangatnya kamipun kelupaan menurunkan x-banner, padahal itu adalah salah satu penilaian untuk mengikuti acara. 

Tiba di bandara kami sempat istirahat sebentar dan langsung check in. Begitu panjang dan melatih kesabaran untuk mendapatkan boarding pas cards. Selesai Check in kami melanjutkan perjalanan ke tempat pemeriksaan. Salah satu etoser membawa barang kecantikan yang begitu banyak sehingga memperlambat kami untuk masuk karena dia membawa jarum pencos, padahal itu sudah kami kasih tahu beberapa hari sebelum berangkat ke bandara. 

Diruang tunggu kami disuguhkan berbagai makanan berbasis internasional, namun kami tidak memakannya karena kami tidak membelinya, terlalu mahal untuk membelinya. Meskipun ada seorang teman kami yang berulang tahun pada hari itu, namun kami merasa tega jika dia mentraktir semua, sudah terlihat dari wajahnya yang tidak meyakinkan untuk mentraktir kami diakala itu. Mau atau tidak mau kami hanya ngemil permen. Delaynya pesawat membuat semangat kami menurun. Delay pesawat hingga 30 menit lamanya. Kami hanya duduk-duduk untuk menghiasi suasana yang mencekam. Pemeriksaan departure table kami periksa secara berkala, namun ketika itu kami bingung sampai nomor pesawat yang akan kami tumpangi hilang di tabel. Kamipun berkesilampungan mencari informasi karena takut keitinggalan pesawat. 

Informasi keberangkatan dari suarapun bersuar sesuai dengan nomor pesawat penerbangan. Kami berlari menuju Checker keberangkatan dan menuju pesawat. Disamping pesawat tidak lengkap rasanya jika tidak berfose dulu. Namun, salah satu teman kami saking semangatnya atau mungkin karena faktor delay yang terlalu lama dia baru nyadar Handphone miliknya ketinggalan di ruang tunggu pesawat. Salah satu kesatria penolong dari teman kamipun langsung ambil tindakan dan berlari menemani teman yang kehilangan. Mereka berdua berlari bagaikan dua sijoli yang akan berpisah. 

Kedua dari mereka akhirnya datang menghampiri pesawat, meskipun ketinggalan mereka sempat eksis kembali berfose disamping pesawat. Setelah beberapa saat kemudian akhirnya tiba juga dipesawat. Kemudian, bersantai menikmati perjalanan. 

Meskipun kepala terasa pusing tapi tidak terasa rasanya sudah sampai di Bandara Internasional Djuanda, Surabaya. Begitu datang kami di sambut oleh beberapa teman-teman dari Surabaya dan Ambon. Kami menikmati sarapan yang telah disediakan oleh panitia dan shalat yang dijamak. Mobil tentara Angkatan Laut telah parkir manis menunggu kami. Kami segera menghampiri dengan rasa yang campur aduk. Sekitar dua jam menuju kota Malang. Sesampai disana kami menginap satu malam di asrama Brawijaya. Di tempat itulah kami kehilangan tongkat bersejarah yang di buatkan oleh kakak tingkat. Pagi hari yang terasa begitu dingin bagi kami orang Kalimantan, di kota Malang. Namun tidak menyurutkan niat untuk mandi dan menyentuh air es pegunungan. Segar rasanya hidup disana dengan suasana yang adem ayem. Pada pukul 8 kami pergi melanjutkan perjalanan ke kota Batu, Malang. Perjalanan ditempuh dalam waktu cukup lama sekitar 1 jam 30 menit dari jantung kota Malang. Gunung gunung menjulang tinggi mengalahkan menara ibukota mulai terlihat ketika di perjalanan. Begitu menakjubkan dan pemandangan yang jarang kami temui di kota kami. 

Mendengar orang ricuhnya orang tergoyahkan tubuh ini bahwasanya perjalanan telah berkahir. Ketika sampai disana kami disuguhkan perjalanan unik. Lebih dari 60 derajat kemiringan desa tersebut yang berada di lereng gunung. Kami kecapean menjelajahnya, perlahan tapi pasti kami melangkah menuju puncak bukit pemukiman untuk registrasi peserta. Disini kami mulai terpecah belah karena pembagian kamar. BERSAMBUNG
Share this article :
 
Support : Dhompet Dhuafa | ETOS SAMARINDA | Hickmat Creative
Copyright © 2014. ETOS SAMARINDA - All Rights Reserved
Site Created by Hickmat Published by ETOSER SAMARINDA
Proudly powered by Blogger